Gebyar Film Sineas Sumatera Barat Berfalsafah Padat Adat
- Fuad News
- May 21, 2024
- 2 min read
Updated: Jun 11, 2024
Sumatera Barat telah dikenal sumbangsihnya dalam mencetak filmmaker tidak hanya local tetapi bahkan hingga mancanegara. Tahun ini, West Sumatera Film Festival (WSFF) memberikan apresiasi bagi komunitas perfilman hingga pelaku industry film local dengan menyuguhkan program roadshow di lima kota yakni Padang Panjang, Solok, Sawah Lunto, Padang dan Batusangkar. “Semua ini didedikasikan untuk para militant komunitas/individu perfilman di Sumatera Barat “ungkap Hanifan, salah satu panitia penyelenggara yang berasal dari komunitas film mahasiswa UIN Mahmud Yunus Batusangkar setelah ditemui pada sesi wawancara Roadshow WSFF di Batusangkar (Senin, 20/05/2024).
Mengambil tema ‘Local Heroes’ , Pandeka Coffee and Kitchen dipadati kurang lebih 50 peserta yang sangat antusias dari pembukaan hingga materi yang dipaparkan oleh Afdal Andalas, .S.Sn “Dibalik Layar: Proses Produksi Film Pendek dari Awal Hingga Akhir” membuat peserta menghentikan aktivitasnya sejenak dan fokus mencatat selama 2 jam dari pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB. Ketertarikan ini bukan tanpa sebab, proses mengelaborasikan falsafah adat minang dengan trend kekinian menjadi kemasan film adalah salah satu magnetnya. “ Luar biasa sih, kami yang biasanya cuman tau film itu bagian dari imajinasi pembuatnya ternyata banyak teori-teori perkuliahan yang kepake kayak semisal mereka butuh data, survey lapangan, investigasi, pencocokan karakter, alur dsb yang itu pasti butuh effort yang nggak gampang meskipun itu makanannya anak jurnalistik..ha..ha..ha”, kelakar Ade Fitri yeni, mahasiswi Jurnalistik Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar yang juga punya minat khusus di perfilman dan fotografi jurnalistik ini.
“Kolaborasi yang apik dan epic antara nilai-nilai local wisdom sama isu-isu terkini itu mahal sih kak, nggak banyak sineas muda khususnya yang mau susah payah bikin film yang no money oriented bahkan bisa dikatakan merugi demi prestasi meski jarang diapresiasi, aku pribadi suka semua teknik pengambilan gambarnya, plottwistnya, latarnya di film tadi, cocok sama pemaparan pemateri tadi, pokoknya keren” imbuhnya.

Roadshow West Sumatera Film Festival (WSFF) 2024 telah dihelat dalam berbagai sesi seperti Kuau Raja Film Exhibition, Short Film Competition, Kaleidoskop Usmar Ismail hingga workshop/seminar lainnya antara Mei hingga puncaknya Juni nanti. Menyoroti pergerakan sineas local dalam mempertahankan identitasnya serta beradaptasi dengan perkembangan zaman sesuai falsafah Minangkabau “Alam Takambang jadi Guru” menjadikan WSFF turut menjadikan alam dan lingkungan sekitar sebagai panduan. “kami juga memilih Burung Kuau Raja sebagai mascot WSFF 2024 karena memiliki keindahan yang misterius dan dipercaya sebagai fauna penjaga nagari dari marabaha” tutur panitia penyelenggara.
Melalui acara ini diharapkan juga kepada para peserta yang ada di lima kota tempat roadshow diadakan bisa mendapatkan informasi tentang bagaimana proses pembuatan dan pendistribusian Film yang berasaskan kearifan lokal disaat ingin membuat film supaya menginspirasi sekaligus menggerakkan lebih banyak lagi para filmmaker yang terlibat agar cakupannya lebih luas hingga dinikmati skala global. Menurut salah satu peserta, Raja Aldi Prayoga selaku Festival Programmer bahwa antusiasme ini jangan sampai redup karena dengan adanya acara ini kita lebih mengenal West Sumatera Film Festival dan bisa menikmati karya film yang unik, heroik dan inspiratif seperti film 3 perempuan yang diputar diakhir acara. (ZQ/TFI/DF)
Comments