top of page
  • Writer's pictureFuad News

Cadar Bukanlah Penghalang

Pekerjaan di sebuah rumah makan selalu diidentikkan dengan karyawan yang memakai baju yang santai dan bisa bergerak bebas saat makanan di pesan oleh pelanggannya.

Benarkah demikian?berbeda dengan ibu Nora, nama lengkapnya adalah Nora Gusmita, ia adalah pemilik dari rumah Makan Sakato,yang pada saat itu penulis temui ia sedang melayani pelanggannya dengan memakai gamis hitam dan cadar hitam layaknya muslimah bercadar pada umumnya. Ibu nora adalah ibu rumah tangga dengan dua orang anak yang dimana ia jauh dari suaminya. Suami ibu nora bekerja sebagai guru di pondok pesantren tempatnya di Negara Malaysia.


Ibu nora salah satu wanita pemilik rumah makan yang memakai cadar atau burka. Ibu ini mengakui memakai cadar baru 10 tahun sama dengan lamanya ia menikah karena memutuskan memakai cadar baru setelah ia menikah. Dan tentunya mendapat dorongan dari suaminya,tidak hanya suami loh,orang tua dari ibu nora juga mendukung atas keinginannya tersebut. Dulunya ibu nora sekolah di SMA dan menyambung kuliahnya di Universitas Bung Hatta tempatnya di kota Padang.


Nah ini nih,jika teman-teman yang mau hijrah memakai cadar semangat yaahh,karna Allah SWT tau isi hati dan keinginan dari hambanya.

Pertemuan saya dengan ibu Nora itu sudah lama sudah semenjak saya mengikuti program PBAK di IAIN Batusangkar. Penulis waktu itu tidak sendirian, kami berempat dan itu adalah teman sekamar penulis waktu itu pulang dari PBAK, penulis turun dari angkot lansung ke rumah makan sakato untuk membeli masakan. Dengan tujuan agar setibanya di kos kosan bisa lansung makan.


Ibu nora yang pada saat itu melayani pelanggan dengan menggunakan cadar dan juga gamis dalam, ia sepertinya santai saja dengan pakaian yang serba dalam tersebut dan melakukan pekerjaan dengan sangat gesit tetapi juga hati-hati. Terus terang aktivitas itu menyita perhatian penulis.


Di saat mau kuliah pastinya penulis selalu memperhatikan ibu nora yang selalu aktif dalam usaha rumah makannya tersebut. Dan kebetulan juga penulis di beri tugas kuliah oleh dosen untuk membuat sebuah artikel yang menarik,dan menurut penulis ini sangat bagus jika ceritanya di angkat mejadi sebuah artikel.


Sore waktu itu tidak jauh dari waktunya sholat ashar penulis berniat untuk mencoba mewawancarai buk nora mencoba memberanikan diri untuk bertanya ke ibuk nora soal cadarnya. Kok berani? Ya sedikit penasaran dan kebetulan juga ada tugas kuliah.is , dasar penulis kepo.

“assalamualaikum buk,boleh saya mewawancarai ibuk sebentar tentang ibuk yang bekerja menggunakan cadar?”

“Waalaikumussalam emang kenapa ,apa karna mentri kita itu,yang melarang wanita untuk bercadar?”

“Oh bukan buk,saya cuma heran aja,kenapa ibuk bela-belain memakai cadar dan juga pakaian serba dalam ,padahal kan mengganggu ibuk untuk bergerak, susah buk buat ibuk melayani dan menghidangkan makanan untuk pelanggan, apalagi kalau pelanggannya banyak buk,?”

“Nggak kok, saya tidak terganggu ,malahan saya lebih senang dengan pakaian seperti ini,membuat saya menjadi lebih bebas dalam bergerak.Dengar ya nak,status sosial tidak menjadi suatu alasan untuk kita menjalankan syariat agama,apapun halangannya jangan di jadikan masalah,malahan jika kita bekerja menggunakan cadar saat memasak ataupun menghidangkan makanan, itu juga akan menjaga kebersihan dari makanan kita.

“loh kok gitu buk?”

“iya ,coba deh kamu lihat orang jepang dalam bekerja, seluruh karyawan diwajibkan menggunakan masker sama tutup kepala agar rambut ataupun keringat tidak ikut masuk ke dalam makanan, jadi dapat kita simpulkan bahwa cadar juga dapat di fungsikan sebagai itu,pahamkan?”

“heheh, iya juga ya buk,,”

“hmm, satu lagi deh buk,dengan ibuk menggunakan cadar apa nggak takut kena celaan dari orang kampung, apalagi dengan status sosial ibuk sebelumnya,,”

“mengenai celaan maka ,kita katakana inilah ujiannya. Semakin tinggi keimanan seseorang maka akan semakin tinggi pula ujiannya. Celaan seperti ini hilang dengan segera jika sesorang menghiasi cadarnya dengan kesabaran,begitu menurut ibuk.”

Pembicaran terus berlanjut,sebenarnya ada banyak banyak hal yang ingin penulis tanyakan kepada ibuk nora tapi ya mau gimana lagi mengingat hari sudah sore.


Dari banyaknya soal yang kami bicarakan ada beberapa hal yang di sampaikan ibu nora kepada saya,dan itu sangat membuat saya terbuai atas apa yang di sampaikannya tersebut” ibu yakin bukan hanya disini, pasti sangat banyak wanita di luar sana yang ingin hijrah menggunakan cadar tapi masih ragu,karena takut di fitnah ataupun menjadi buah bibir di kampung sendiri. Jangan takut ,sebesar-besarnya masalah yakinlah bahwa Allah SWT lebih besar dari masalah itu.


Disini penulis ingin menyampaikan. Terkadang memakai cadar ada juga orang yang beranggapan bahwa jika memakai cadar harus memakai cadar seterusnya ,merupakan anggapan yang sangat keliru. Ini jika meyakini sunahnya. Jika tidak bisa memakai cadar seterusnya, maka tidak ada salahnya jika selang-seling memakainya. Namanya juga penasaran kan ya,,,”


Memakainya di tempat dan suasana yang mendukung dan melepasnya di tempat dan suasanya yang tidak mendukung. Misalnya,

-jika di lingkungan keluarga dan kerabat dilarang oleh orang tua,maka silahkan dilepas. Tetapi jika diluar rumah silahkan memakainya.

-jika di kampus atau di kantor dilarang memakainya maka silahkan dilepas. Tetapi ketika di pasar dan ditempat pengajian silahkan memakainya. Karena islam mengajarkan tidak perlu menunda sesuatu karena ingin sempurna sekali. Jika hanya bisa meraih setengahnya, maka jangan tinggalkan seluruhnya. ( Alhusna)

34 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page